Kemarin aku baru
aja balik dari Medan jadi wali pernikahan buat kakak pertamaku. Perjalanan
melelahkan. Setidaknya, semenjak aku kuliah di Bandung, aku udah pulang balik
Medan-Bandung 2 kali. Tanggal 9 september kemarin itu juga aku ke Banda Aceh
buat jadi wali pernikahan kakakku yang kedua. Ok, memang ada sedikit keanehan
disini. Kakak keduaku menikah duluan, baru disusul sama kakak pertamaku sebulan
setengah kemudian. Dan itu dilakukan saat aku lagi sibuk-sibuknya kuliah.
Aku pulang ke bandara jam 11.30, mengingat pesawatku terbang jam 13.00, maka setidaknya aku udah sampai di bandara sejam sebelum ‘burung besi’ itu terbang. Aku kesana naik becak motor ( bahasa medan nya becak mesin). Abang tukang becak tersebut tiba2 nanyak sama aku.
‘Bang, filosofi itu apa bang?’
Aku heran, abang becak ini tiba2 kok nanya kayak gini sama aku. Apa aku terlihat seperti orang pintar? Atau seperti filsuf? Atau muka aku mirip aristoteles? Atau dia mungkin alien yang datang kebumi yang sedang mencuri ilmu pengetahuan dari penduduk bumi untuk dipelajari kaumnya di planetnya sana? Oke, aku mulai ngawur. Tapi aku gak ngawur soal pertanyaan aneh itu.
‘ooh itu kayak perumpamaan bang,’ kesotoyanku mulai muncul.
Setelah ngobrol2, dia bilang ke aku.
‘Bang saya sering merenung. Sampai saya menciptakan lagu bang. Judulnya tobat nasuha. Gini bang lagunya,’. Lalu ia pun bernyanyi layaknya artis tenar yang sedang konser. Untung nya dia tidak memerlukan mic untuk bernyanyi. Kalau tidak, pasti aku yang memegangi mic itu. Dan jika ada orang yang melihat, mungkin kami terlihat seperti anak-bapak yang sedang karokean keliling. Abang becak itu sebenarnya orangnya baik. Biasanya tukang becak mematok harga yang tinggi, dan akhirnya melalui pertarungan hidup-mati yang biasa di katakan ‘menawar’, barulah ia mau menurunkan harga. Tapi abang ini beda. Ia memberikan harga murah tanpa kita harus menawar2 lagi. Dan kita pun mendapatkan lagu ciptaannya sendiri tanpa kita minta.
Sampai dibandara, ada jeda setengah jam sebelum benar2 terlambat. Aku menjamak sholat dulu. Setelah itu, aku mendengar pengumuman yang lembut, namun entah kenapa menyayat hati. “Maaf, pesawat LION dengan penerbangan JT *** (aku lupa) tujuan jakarta ditunda sampai sekitar pukul 13.50. Semprul. Aku melewatkan waktu2ku yang berharga di Medan ini buat menunggu pesawat. Kalau tahu begini, mending tadi ikutan lihat aja deh acara-acara pernikahannya. Mana belum makan siang lagi. Aduuh..
Singkat cerita aku udah di Cengkareng, Jakarta. Tinggal satu step lagi, yaitu mencari travel nyaman buat ke Bandung. Setelah memesan travel yang bisa diantar sampai depan pintu kamar ( karena ketika aku keluar kamar kos, sudah ada jalan), aku pun menunggu. Rencanaku begini: aku masuk mobil, tidur, sampai kosan, ngerjain jurnal, dan tersenyum. Namun kenyataan hidup ini berkata lain. Kenyataannya begini: aku masuk mobil, tidur, terbangun tiba2 oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir, tidur lagi, terbangun tiba2 lagi oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir, tidur lagi, terbangun tiba2 lagi, oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir kemudian tidu...... dan begitu seterusnya sampai akhirnya mobil APV-dangdut itu berhenti di tempat perhentian. Disitu aku pesan makan malam yang banyak. Berhubung ambil sendiri, aku ambil nasinya banyak-banyak. Aku juga selama di Medan cuma makan 2 kali. Itu juga pake lontong. Aku rindu lontong. Aku rindu makanan pedas dan asin, walaupun aku gak tahan pedas. Di tempat perhentian ini aku juga makan di rumah makan padang. Dan setidaknya kerinduanku itu terobati.
Singkat cerita, aku udah di dalam APV-dangdut itu lagi. Oke, disini kujelaskan. Aku bukannya nggak suka dangdut. Pertama, dangdut yang diputar ini aku gak pernah dengar lagunya sama sekali. Kedua, penyanyinya kadang suka menjerit dan melengking nggak jelas di tengah lagu. Ketiga.... SPEAKER NYA DI SEBELAHKU!! Memang volume nya bukan volume yang keras buat ukuran musik nge-beat, namun bukan juga volume yang nyaman buat tidur dan bermimpi indah. Saat aku berniat me-request buat melanin itu volume, orang di depanku memukul2 dashboard mobil mengikuti ritme musik itu. Yang lain juga tidak menunjukkan wajah yang ngantuk, sehingga musik itu tidak mengganggu mereka. Karena musik yang seperti itu hanya mengganggu orang yang ingin tidur nyenyak. Seperti aku. Oke, aku minoritas disini sekarang. Aku mesti sabar menghadapi cobaan ini, dan tidak bisa tidur selama perjalanan 2,5 –an jam ini.
Oke, aku sampai dikos-kosan tercinta ini. Seperti kata pepatah, kosan ku surga ku. Aku langsung menjamak sholat untuk malam, dan tak mampu lagi membuat jurnal. Aku pun tertidur lelap. Lelap sekali. Amat sangat lelap sekali. Sampai saat bangun pun aku lupa kalau aku belum buat jurnal ( kimia dasar). Lab dimulai pukul 8.00. Aku bangun sekitar pukul 4.30, dan aku sadar belum buat jurnal pukul 6.30. Oke, aku ngebut tadi pagi ngerjain jurnal, dan aku juga nggak tahu apa yang kutulis. Teori di buku aku tulis cuma sepertiga halaman, sekitar sepuluh baris ( masih lumayanlah, karena maksimal setengah halaman atau 15 baris). Tulisan aku juga sangat tidak indah untuk dibaca ( aku nggak mau bilang jelek). Dan aku naik ojek kekampus karena terlambat, dan aku lari2 kearah gedung lab, dan aku juga sampai gedung lab saat orang tidak ada lagi yang duduk2 disitu, dan aku masuk ke ruangan lab saat jam 8.00 tepat, dan aku tidak bisa berhenti menulis ‘dan’.
Di lab juga aku nggak ada persiapan. Saat bekerja berdua dengan temanku, aku hanya mengangguk2 aja saat dia menjelaskan pembagian tugas yang akan kami lakukan. Dan ternyata, nilai jurnal yang aku kerjain tadi adalah... 100 !! hahaha Alhamdulillah. Tinggal menyiapkan laporan aja. Karena kerja praktikum kali ini lebih ke kerja kelopok dari pada individualnya, aku setidaknya tertolong buat ngerjain praktikum hari ini.
Setelah itu aku ke cyberlib yang ada di dalam perpustakaan ITB dan menuliskan ceritaku dari hari kemarin. Aku pun mulai menulis seperti ini.
Kemarin aku baru aja balik dari Medan jadi wali pernikahan buat kakak pertama ku. Perjalanan melelahkan. Setidaknya, semenjak..... oke, seharusnya hal seperti ini tidak seharusnya aku tulis di blog.
Aku pulang ke bandara jam 11.30, mengingat pesawatku terbang jam 13.00, maka setidaknya aku udah sampai di bandara sejam sebelum ‘burung besi’ itu terbang. Aku kesana naik becak motor ( bahasa medan nya becak mesin). Abang tukang becak tersebut tiba2 nanyak sama aku.
‘Bang, filosofi itu apa bang?’
Aku heran, abang becak ini tiba2 kok nanya kayak gini sama aku. Apa aku terlihat seperti orang pintar? Atau seperti filsuf? Atau muka aku mirip aristoteles? Atau dia mungkin alien yang datang kebumi yang sedang mencuri ilmu pengetahuan dari penduduk bumi untuk dipelajari kaumnya di planetnya sana? Oke, aku mulai ngawur. Tapi aku gak ngawur soal pertanyaan aneh itu.
‘ooh itu kayak perumpamaan bang,’ kesotoyanku mulai muncul.
Setelah ngobrol2, dia bilang ke aku.
‘Bang saya sering merenung. Sampai saya menciptakan lagu bang. Judulnya tobat nasuha. Gini bang lagunya,’. Lalu ia pun bernyanyi layaknya artis tenar yang sedang konser. Untung nya dia tidak memerlukan mic untuk bernyanyi. Kalau tidak, pasti aku yang memegangi mic itu. Dan jika ada orang yang melihat, mungkin kami terlihat seperti anak-bapak yang sedang karokean keliling. Abang becak itu sebenarnya orangnya baik. Biasanya tukang becak mematok harga yang tinggi, dan akhirnya melalui pertarungan hidup-mati yang biasa di katakan ‘menawar’, barulah ia mau menurunkan harga. Tapi abang ini beda. Ia memberikan harga murah tanpa kita harus menawar2 lagi. Dan kita pun mendapatkan lagu ciptaannya sendiri tanpa kita minta.
Sampai dibandara, ada jeda setengah jam sebelum benar2 terlambat. Aku menjamak sholat dulu. Setelah itu, aku mendengar pengumuman yang lembut, namun entah kenapa menyayat hati. “Maaf, pesawat LION dengan penerbangan JT *** (aku lupa) tujuan jakarta ditunda sampai sekitar pukul 13.50. Semprul. Aku melewatkan waktu2ku yang berharga di Medan ini buat menunggu pesawat. Kalau tahu begini, mending tadi ikutan lihat aja deh acara-acara pernikahannya. Mana belum makan siang lagi. Aduuh..
Singkat cerita aku udah di Cengkareng, Jakarta. Tinggal satu step lagi, yaitu mencari travel nyaman buat ke Bandung. Setelah memesan travel yang bisa diantar sampai depan pintu kamar ( karena ketika aku keluar kamar kos, sudah ada jalan), aku pun menunggu. Rencanaku begini: aku masuk mobil, tidur, sampai kosan, ngerjain jurnal, dan tersenyum. Namun kenyataan hidup ini berkata lain. Kenyataannya begini: aku masuk mobil, tidur, terbangun tiba2 oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir, tidur lagi, terbangun tiba2 lagi oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir, tidur lagi, terbangun tiba2 lagi, oleh suara jeritan dan teriakan penyanyi dangdut yang kasetnya di pasang oleh sang supir kemudian tidu...... dan begitu seterusnya sampai akhirnya mobil APV-dangdut itu berhenti di tempat perhentian. Disitu aku pesan makan malam yang banyak. Berhubung ambil sendiri, aku ambil nasinya banyak-banyak. Aku juga selama di Medan cuma makan 2 kali. Itu juga pake lontong. Aku rindu lontong. Aku rindu makanan pedas dan asin, walaupun aku gak tahan pedas. Di tempat perhentian ini aku juga makan di rumah makan padang. Dan setidaknya kerinduanku itu terobati.
Singkat cerita, aku udah di dalam APV-dangdut itu lagi. Oke, disini kujelaskan. Aku bukannya nggak suka dangdut. Pertama, dangdut yang diputar ini aku gak pernah dengar lagunya sama sekali. Kedua, penyanyinya kadang suka menjerit dan melengking nggak jelas di tengah lagu. Ketiga.... SPEAKER NYA DI SEBELAHKU!! Memang volume nya bukan volume yang keras buat ukuran musik nge-beat, namun bukan juga volume yang nyaman buat tidur dan bermimpi indah. Saat aku berniat me-request buat melanin itu volume, orang di depanku memukul2 dashboard mobil mengikuti ritme musik itu. Yang lain juga tidak menunjukkan wajah yang ngantuk, sehingga musik itu tidak mengganggu mereka. Karena musik yang seperti itu hanya mengganggu orang yang ingin tidur nyenyak. Seperti aku. Oke, aku minoritas disini sekarang. Aku mesti sabar menghadapi cobaan ini, dan tidak bisa tidur selama perjalanan 2,5 –an jam ini.
Oke, aku sampai dikos-kosan tercinta ini. Seperti kata pepatah, kosan ku surga ku. Aku langsung menjamak sholat untuk malam, dan tak mampu lagi membuat jurnal. Aku pun tertidur lelap. Lelap sekali. Amat sangat lelap sekali. Sampai saat bangun pun aku lupa kalau aku belum buat jurnal ( kimia dasar). Lab dimulai pukul 8.00. Aku bangun sekitar pukul 4.30, dan aku sadar belum buat jurnal pukul 6.30. Oke, aku ngebut tadi pagi ngerjain jurnal, dan aku juga nggak tahu apa yang kutulis. Teori di buku aku tulis cuma sepertiga halaman, sekitar sepuluh baris ( masih lumayanlah, karena maksimal setengah halaman atau 15 baris). Tulisan aku juga sangat tidak indah untuk dibaca ( aku nggak mau bilang jelek). Dan aku naik ojek kekampus karena terlambat, dan aku lari2 kearah gedung lab, dan aku juga sampai gedung lab saat orang tidak ada lagi yang duduk2 disitu, dan aku masuk ke ruangan lab saat jam 8.00 tepat, dan aku tidak bisa berhenti menulis ‘dan’.
Di lab juga aku nggak ada persiapan. Saat bekerja berdua dengan temanku, aku hanya mengangguk2 aja saat dia menjelaskan pembagian tugas yang akan kami lakukan. Dan ternyata, nilai jurnal yang aku kerjain tadi adalah... 100 !! hahaha Alhamdulillah. Tinggal menyiapkan laporan aja. Karena kerja praktikum kali ini lebih ke kerja kelopok dari pada individualnya, aku setidaknya tertolong buat ngerjain praktikum hari ini.
Setelah itu aku ke cyberlib yang ada di dalam perpustakaan ITB dan menuliskan ceritaku dari hari kemarin. Aku pun mulai menulis seperti ini.
Kemarin aku baru aja balik dari Medan jadi wali pernikahan buat kakak pertama ku. Perjalanan melelahkan. Setidaknya, semenjak..... oke, seharusnya hal seperti ini tidak seharusnya aku tulis di blog.